Oleh: Fajri M. Kasem
PENDAHULUAN
Dalam sebuah organisasi, pekerjaan individual maupun pekerjaan kelompok saling terkait dengan pekerjaan pihak-pihak lain. Ketika suatu konflik muncul di dalam sebuah organisasi, penyebabnya selalu diidentifikasikan karena komunikasi yang kurang baik. Begitu juga apabila suatu keputusan yang buruk dihasilkan, maka komunikasi kurang efektif yang dikambing hitamkan.
Riset membuktikan bahwa pimpinan menghabiskan waktu sebanyak 80 persen dari total waktu kerjanya untuk interaksi verbal dengan orang lain. Keterampilan memproses informasi yang dituntut dari seorang pimpinan termasuk kemampuan untuk mengirim dan menerima informasi ketika bertindak sebagai monitor, juru bicara, maupun penyusun strategi.
DEFENISINYA
Menurut G.R. Terry manajemen adalah suatu proses atau kerangka kerja, yang melibatkan bimbingan atau pengarahan suatu kelompok orang-orang kearah tujuan-tujuan organisasional atau maksud-maksud yang nyata. Manajemen juga diartikan sebagai suatu ilmu pengetahuan maupun seni. Seni adalah suatu pengetahuan bagaimana mencapai hasil yang diinginkan atau dalm kata lain seni adalah kecakapan yang diperoleh dari pengalaman, pengamatan dan pelajaran serta kemampuan untuk menggunakan pengetahuan manajemen.
Konflik dapat berupa perselisihan, adanya ketegangan (the presence of tension), atau munculnya kesulitan-kesulitan lain di antara dua pihak atau lebih. Konflik sering menimbulkan sikap oposisi antara kedua belah pihak, sampai kepada tahap di mana pihak-pihak yang terlibat memandang satu sama lain sebagai penghalang dan pengganggu tercapainya tujuan sebagaimana yang telah ditetapkan.
Organisasi merupakan wadah di mana banyak orang berkumpul dan saling berinteraksi. Organisasi juga terbentuk karena adanya kesamaan misi dan visi yang ingin dicapai. Dari sini setiap individu atau unsur yang terdapat di dalam organisasi tersebut secara langsung maupun tidak langsung harus memegang teguh apa yang menjadi pedoman dan prinsip di dalam organisasi tersebut. Sehingga untuk mencapai visi dan menjalankan misi yang digariskan dapat berjalan secara efektif dan efesien.
STRATEGI PENYELESAIAN KONFLIK
Konflik yang muncul dalam teamwork (kerja tim) merupakan akibat adanya perbedaan kepribadian, persepsi, pengalaman, tujuan, motivasi ataupun kepercayaan tiap anggota organisasi yang saling berinteraksi sosial dalam pekerjaan.
Namun, ternyata konflik yang terjadi dalam suatu organisasi tidak selamanya membawa dampak negatif selama konflik itu sendiri dapat dikelola dengan baik. Justru dengan adanya konflik akan memancing daya kreasi dan inovasi anggota organisasi baik secara individu maupun secara kelompok.
Banyak cara yang dapat diterapkan untuk mengatasi dan bahkan mengurangi sensitivitas anggota terhadap pemicu konflik potensial di antara mereka.
Berbagai macam training, seperti sensitivity training, diversity training program atau pun cross-cultural training (Noe, Hollenbeck, Gerhart, Wright, 2000:254), dapat dilakukan untuk menjawab masalah konflik sehingga sumber daya manusia dalam organisasi dapat memberikan manfaat yang lebih besar.
Di samping itu, organisasi juga perlu melakukan reorientasi fungsi manajemen sumber daya manusia dalam menghadapi perkembangan dan perubahan yang senantiasa terjadi.
Tiga jenis kompetensi yang mutlak diperlukan oleh organisasi dan sumber daya manusianya tersebut, adalah:
- Organisasi perlu berubah menjadi organisasi yang berdasarkan pada kinerja network.
- Organisasi memiliki daya kreatif, inovatif dan proaktif terhadap perubahan.
- Organisasi memiliki seseorang yang memiliki kecakapan tinggi dalam melakukan perubahan (entrepreneurial).
- Organisasi memiliki intrapreneurial yaitu seorang entrepreneur di dalam sebuah organisasi yang telah ada. Dilakukan ini biasanya karena organisasi sebagaimana dimaksud telah tumbuh besar dan kurang fleksibel. Dan
- Organisasi memiliki semangat belajar (learning spirit) yang terbangun dari anggotanya.
Dalam hal tersebut manajemen harus mampu meredam persaingan yang sifatnya berlebihan (yang melahirkan konflik yang bersifat disfungsional) yang justru merusak spirit sinergisme organisasi tanpa melupakan continous re-empowerment.
Perlu kita ingat bahwa dalam memilih style yang akan dipakai oleh seseorang atau organisasi di dalam pengelolaan konflik akan sangat bergantung dan dipengaruhi oleh persepsi, kepribadian, motivasi, kemampuan atau pun kelompok acuan yang dianut oleh seseorang atau organisasi.
Dapat dikatakan bahwa pilihan seseorang atas gaya mengelola konflik merupakan fungsi dari kondisi khusus tertentu dan orientasi dasar seseorang atau perilakunya dalam menghadapi konflik tersebut yang juga berkaitan dengan nilai (value) seseorang tersebut. Pada level subkultur (subculture), nilai yang diterima (shared values) dapat dipergunakan untuk memprediksi pilihan seseorang pada gaya dalam menyelesaikan konflik yang dihadapinya. Subkultur seseorang diharapkan dapat mempengaruhi perilakunya sehingga akan terbentuk perilaku yang sama dengan budayanya. (M. Kamil Kozan, 2002:93-96).
Dalam masyarakat Aceh khususnya yang merupakan masyarakat tradisional yang masih dipenuhi dengan nilai-nilai kesopanan, budaya saling membantu yang masih sangat kental, sangat ramah tamah, dan lain sebagainya akan cenderung untuk menghindari konflik.
Dalam pada itu, pendekatan penyelesaian konflik oleh pemimpin ada 5 macam pendekatan adalah sebagai berikut :
1. Kompetisi
Penyelesaian konflik melalui kompetisi yaitu penyelesaian konflik yang menggambarkan satu pihak mengalahkan atau mengorbankan yang lain.
2. Akomodasi
Pendekatan ini suatu pendekatan penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha memperjuangkan tujuannya sendiri. Proses tersebut adalah taktik perdamaian.
3. Sharing
Merupakan suatu pendekatan penyelesaian secara kompromi antara dominasi kelompok dan kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima sesuatu. Kedua kelompok berpikiran moderat, tidak lengkap, tetapi memuaskan.
4. Kolaborasi
Kolaborasi merupakan suatu bentuk pendekatan penyelesaian konflik yang memuaskan kedua belah pihak. Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem-solving approach) yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
5. Penghindaran
Pendekatan penghindaran merupakan suatu pendekatan yang menyangkut ketidakpedulian dari kedua kelompok. Keadaaan seperti ini menggambarkan penarikan kepentingan atau mengalihkan kepentingan kepada kelompok lain.